Pandawa :
ketika malam hunuskan senyap
keringat membulir di tepi tepi hati
yang terengah meniti jejakmu,
untunglah kau tinggalkan
seret panjang di setapak
dari juntai baju kurungmu,
rehatlah sejenak agar
dapat kubingkiskan salutku,
ini ada mukena dan
sajadah untukmu,
terimalah dendam tertahanku
atas tunjaman kasihmu,
warna yang mempelangikan
darah dan sukmaku
Senja:
Cintamu padaku selaksa bimasakti
Namun takkan melebihi cintamu padaNya
Indah dan menawan
Genggamanmu menarik ruhku melewati cahaya surga
Membasuh seluruh nista dan keluhku
Aku tau sayang
Engkau berikan mukena dan sajadah
Agar aku dapat menyempurnakan rindu
Yang sedang bergemelut dalam dada
Pada lembah malam yang kelam
Kelak..
Pada malam - malam yang sempurna
Kita dendangkan kalam penyejuk hati
Bersama lewati hingga dini hari
Aku menjadi makmum sepenuh hati
Aku kan menunggumu
Menunggu dikepulangan kita
Ah, pijarmu terangi sukmaku
Jakarta, 12 Juni 2010
ketika malam hunuskan senyap
keringat membulir di tepi tepi hati
yang terengah meniti jejakmu,
untunglah kau tinggalkan
seret panjang di setapak
dari juntai baju kurungmu,
rehatlah sejenak agar
dapat kubingkiskan salutku,
ini ada mukena dan
sajadah untukmu,
terimalah dendam tertahanku
atas tunjaman kasihmu,
warna yang mempelangikan
darah dan sukmaku
Senja:
Cintamu padaku selaksa bimasakti
Namun takkan melebihi cintamu padaNya
Indah dan menawan
Genggamanmu menarik ruhku melewati cahaya surga
Membasuh seluruh nista dan keluhku
Aku tau sayang
Engkau berikan mukena dan sajadah
Agar aku dapat menyempurnakan rindu
Yang sedang bergemelut dalam dada
Pada lembah malam yang kelam
Kelak..
Pada malam - malam yang sempurna
Kita dendangkan kalam penyejuk hati
Bersama lewati hingga dini hari
Aku menjadi makmum sepenuh hati
Aku kan menunggumu
Menunggu dikepulangan kita
Ah, pijarmu terangi sukmaku
Jakarta, 12 Juni 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar