Minggu, 02 September 2012

terjemahan hatiku

Inilah hatiku
yg mencoba bertahan di kerapuhan hidup
yg mungkin membiru, menahan sakit masa lalu
inilah hatiku, yg berusaha bangkit membangun kepercayaan diri,
yg menemukanmu dlm penantian
yg beralaskan ketulusan
mengasihimu sepanjang keikhlasan

inilah hatiku
yg harus kau genggam dgn senyuman
jika ternyata sudah usang
maka kembalikanlah pada ku
pada sepetang senja yg meradang ; hilang

jakarta, 30 oktober 2010

tatkala berjalan

Membaca rembulan separuh, mengundang tangis
Tak tahu apakah yg sebenarnya tertulis di sana

Lintang... Kapan kamu akan datang dan menemani bunda ?

Menjejaki tiap jengkal kenangan, seolah sempurna tiap dekap dan kecupmu
Lupa, bahwa esok sebenarnya milik siapa

Namun begitu, bunda tetap menunggumu sayang,
Ya Allah, aku butuh keajaiban-Mu
hadirkan lintang kecil untukku

Amin!!

jakarta, 2 oktober 2011

purnama membiru

Kubaca sebentuk wajah dalam cermin
Letih tersamar oleh rekah senyumnya
Tangis terurai pada tawa manjanya

Benarkah itu aku ?

Kulihat purnama membiru diwajahku
Masihkah aku yang dulu

Kamu,
Ya kamu!
Mengapa masih disitu
Menatap purnamaku yang membiru
Membiarkan rinduku membatu

Luluh lantakkan saja kepingan hatiku
Leburkan bersama waktu
Kelak,
Dirimu tahu
Bahwa purnamaku yang biru
Takkan terganti oleh bilangan maafmu, selaksa rayumu
Bahkan segenap hadirmu

Aku,
Aku adalah purnama yang membiru
Bersama rindu yang membatu
Dalam sepiku

(medio maret 2011)

hide n seek


Aku ada
Kau tak ada
Kau ada
Aku tak ada
Kita berdua ada
Cinta tak hadir bersama
Cinta datang tiba - tiba
Salah satu kita diam terbata
Kau yang datang tiba - tiba
Aku tergagap hingga semua sirna
Ah, cinta memang buatku gila (kata orang)
Serasa main hide and seek saja (kata aku)
Hahahaha
Akhirnya hanya tawa yang cairkan kesunyian ini
Karena semua sedang mencari yang tersembunyi
Yang tersembunyi, menggoda si pencari
Dengan tawanya di dalam hati


jakarta, 22 desember 2010

hide n seek

rendezvous of love

Menapak diatas guguran daun yang mulai mengering
Di tiap helainya kutemukan diriku
Rapuh

Bilakah semua ini menjadi indah
Terangkai pada waktu dan tempat yang tepat
Daun kering menjadi indah, dalam gubahan cinta kekasihnya

jakarta, 21 desember 2010

aku versi egois

Aku hanya ingin kali ini saja, kudapatkan yang aku mau dengan sempurna. Ku ingin pendamping yang mencintaiku, menyayangiku, merindukanku, dengan tulus hatinya. Hanya aku, ya...hanya aku, tanpa sosok lain menyertainya. Hanya aku dihati, mimpi, dan nyatanya.

Ku ingin dia selalu ada untuk menyeka airmata saat sedihku tiba. Ada untuk membujuk rajukku kala ngambek, menopang lemahku, ada untuk nikmati ceriaku saat bahagia, ada untuk menikmati rindu yang membara, bahkan ada untuk menuntun dan mengarahkanku saat langkah ini terlupa arahnya.

Tentu saja, aku selalu mengasihinya, mencintanya, merindunya, dan selalu mendambanya. Aku akan selalu ada untuknya. Saat ia sedih aku pasti menghiburnya, saat ia suka aku akan menambah kesukaannya, saat ia letih akan kutiadakan peluhnya, saat ia tak bersemangat, aku menjadi penyemangat baginya, tentu saja saat ia pulang dari bekerja, aku telah menyambutnya dengan wajah ceria dan sekecup cinta. Daaan aku akan sllu rajin memasak untuknya.

Hmmmm, sesekali pergi berjalan-jalan bersama, menggandeng lengannya, mengiringi langkahnya, menikmati senja, atau laut, mungkin alam pedesaan, atau sekedar merawat kebun kami bersama, atauuuu memandikan putra putri kami nantinya berdua.

Adakah sosok 'dia' yang ku inginkan, ada diluar sana? Sosok sempurna versi hayalanku yang mungkin egois menurut kacamata orang di luar sana.

Bagiku, harta materi hanyalah bonus, dan akan dibayar dengan kerja keras. Cukup tidaknya tergantung pada kesyukuran kita. Ketulusan rasa adalah utama.
Ah, sosok 'dia' mungkin hanya ada dalam mimpi semata. Biarlah...paling tidak, aku yang egois masih bisa bermimpi.
Sungguh, mimpi yang indah. 

jakarta, 20 desember 2010

sebentuk cinta untuk seroja white

Dear,
Dalam perjalananku memapah diri
Kutemui senyummu sejukkan bilur - bilurku yang setengah membiru ungu
Kudapatkan dekap mesra yg hangat dari jiwamu yang juga tak kalah sendu denganku

Sayang,
Walau sekejap kutatap seraut nyatamu yg bersanding dengan pangeran hatimu kala itu,
Juga bersama peri badung kita yang riuh dengan celotehnya,
Namun tak terkata, tak ternoktah, bahagia membahana

Sahabatku,
Takkan ada kata berpisah maupun selamat tinggal antara kita
Walau jarak dan waktu memisahkan raga yang kan semakin renta
Karena, ketulusan rasa melebihi apapun jua

Seroja,
Kini bertambah setahun lagi pengalamanmu dalam kembara
Kuatkan pancang - pancang jiwa senantiasa
Dunia luas membentang dengan sejuta pesona dan selaksa kebinalannya
Tugas'mu' lah menaklukkannya
Atau dirimu tenggelam didalamnya

Tak ada kidung untukmu, terlebih tart dan lilin seperti dalam cerpen - cerpen itu
Namun pasti sekalung doa dan harap kutitipkan padaNYA khusus untukmu
hanya untukmu 'Siti khadijah'
sahabatku tercinta

Tersenyumlah cantik,
Puisi sederhana ini ku guratkan dengan indah walau tak sempurna
Berbahagialah,
Sebab ada jiwa - jiwa yang kan senantiasa menatapmu dengan sayang

Happy birthday dear

19 Desember 2010

yg sllu menyayangi dn merindukanmu,

zee.

sajak pertemuan


Kujejakkan hati pada pantai bernuansa senja
bermandikan semburat magenta
mencari sesuatu yang tertunda dalam rasa,
pada larik - larik sketsa langit yang tak pernah biasa
menurutku

Terlihat tanpa sengaja
sebentuk awan yang menggumpal bercahaya
terkesima aku tanpa warna rupa
akan keunikannya yang bersahaja

Dan..
sayup kudengar seok langkah pengelana
lusuh dan renta yang terpaksa karena derita
kehilangan cinta yang dianggapnya telah sirna
bersama ketulusan yang dulu pernah ada

Gurat - gurat letih begitu kentara di sebentuk wajahnya
ah, betapa kuingin memeluknya
memberitahukan padanya, bahwa masih ada cahaya dibalik cahaya

Kugandeng lengannya
menariknya susuri bibir pantai
agar terpahami olehnya walau tanpa ku kata
bahwa ketulusan selalu ada
layaknya senja kepada cakrawala

Terjelajahi sang pengembara asa
padang hatiku yang menghijau sempurna
diraih, direngkuhnya dengan erat yang indah

Dan..
aku suka

jakarta, 17 desember 2010

diantara ornamen rasa dua jiwa


Tertimbun rasa atas segenggam ragu yang menestapa
Pada bingkai jiwa

Demikiankah teruji perjalanan dua hati
Agar bahagia menapak pasti dikemudian hari ?

Duhai dewa dewi cinta
Hembuskan nafasmu di tiap rongga cintanya
Kecup hangat di ranum hasratnya
Agar ia tetap yakin akan semua asa yang kami cipta

Dia, dia adalah cintaku
Kekasih jiwaku
Pangeran hatiku
Dermaga terakhirku

Sayang,
Bila hatimu masih ragu berbilang
Masuk ke hatiku
Disana, tidak kan kau temukan seliang anginpun, celah untuk nama lain selain namamu
Tiada setitik celahpun, selain setia ini untukmu

Berjanjilah,
Tetap bertahan bersama badai yang setia ada
Karena badai itu adalah aku, dirimu ; kita

jakarta 15 desember 2010

jelang pasca sebuah cerita

Ketika janji tak lagi diurutan yang utama
Berartikah lagi berbaris ucap
Atau bahkan selaksa susunan abjad

Reremah nelangsa yang berlapis kutimbun dalam kotak jingga yang mengabu
Berharap ada 'magic' yang dapat raibkan jejaknya

Akan padamkah senja tanpa magenta ?

Pada teduh hatimu ku berdiam
Harap akan kisah masa depan yang membintang
Pada teguh jiwamu ku menggantungkan asa
Tentang tulusnya rasa sepanjang usia
Pada hangat asmaramu kutitipkan hasrat
Akan pesona salsa yang memikat
Telah memadai kah ?

Ternyata,
Hingga satu dunia kubentang isinya
Tak pernah cukup untuk mengukur dua jiwa yang mencinta dengan setulus rasa

Jika kemudian ikrar melemah,
Terbayarkah oleh airmata yang men'jingga' ?
Karena itu, membaralah selalu...demi aku yang hampir membatu, bisu

jakarta 12 desember 2010

mengulum kebisuanmu


Mengecup pagi dalam sendu
Ucapkan salam dalam diam
Hening balut jiwa yang meriang
Terang namun tak benderang

Dingin,
Seonggok sepi tak mau pergi
Betah hiasi cakrawala hati
Gantungkan asa - asa yang kulihat hampir basi

Ingin melihat pelangi
Haruskah ku undang hujan,
Lagi ?

Jeruji hati ini
Penjarakan setia dengan pasti
Ketika ragu terisyaratkan pada bola mata yang sepi

Akankah sekecup bintang pada pipi malam membuat semburatnya terangi kota yang padam ?

Alam, jawablah tanyaku dalam diam
Isyaratkan bahwa aku adalah kalian
Agar rasaku abadi terukir di langit, walau suram

jakarta, 10 desember 2010

yang tertunda sepanjang penantian

Ku toleh,
Tak kudengar nada jemarimu
Lalu, hati memujuk rasa

Lagi - lagi
Menyeka tiap tetes yang luruh
Belum jua tiba
Lalu, rayu sabar pada jiwa
Agar tak nestapa

Selang - berselang
24 jam resah bertandang
Kelabu semakin pekat
Menggayut pada hasrat

Terlelap bersama isak
Terjaga oleh igau sebaris nama

Kau bernama cinta
Menggandeng tulus rasa
Berbalut setia pada jiwa
Teruji di tiap - tiap peristiwa

Sayang,
Jangan pernah lupa
Kerjap indah sepasang mata
Menantimu penuh cinta

jakarta, 10 desember 2010

autumn in my heart

Hati memburam
Oleh dingin yang mengembun
Pada serpih cermin rasaku

Ku lambai masa lalu
Ucapkan sesengguk sedu
Tak harap setapakpun kembali

Jangan menangis lara,
Dekaplah jiwa yang memucat abu
Berikan sekecup mesra mu
Di tiap bilur yang tertata, beku
Demi lengkung indah yang terpahat di bibirku

jakarta, 9 desember 2010

aku, aquarium dan ikan

Kupandang, lekat
Kotak segi empat
Hitam, putih, oranye, coklat
Terkadang menghijau
Berkilau ditimpa semburat malu-malu 5 watt

Kutatap, kian rapat
Mencari rona apakah yang tersajikan, lewat tarian yang dipersembahkan setiap saat
Sepi ? Ah tak mungkin
Mereka ramai disitu
Jemu ? Kulihat si memphis menggigit usil, ekor si koki
Mereka bercanda

Masih,
Tatapku melahap
Panorama hidup dalam kotak segiempat
Jemu enggan bertandang
Layaknya mereka yang selalu menari liukkan badan, walau bukan pertanda gembira hati

Lalu aku,
Mengapa terpaku pada satu warna hati
Kenapa tak menari saja ikuti irama hidup ini
Seperti si koki, memphis, red dragon, dan si buntal
Yang selalu menari menghiburku

Ah, kelopak semakin berat
Insomnia pun tak berani dekat
Kotak segiempat,
Lapat-lapat hanya tinggal setitik
Ku lelap, terninabobokan oleh tembang yg tak bernada
Oleh tarian kehidupan jiwa
Oleh gemercik cinta,
di kotak segiempat

jakarta, 2 desember 2010

membaca rindu


Dengarkah kau,
pada derap rinduku yang memacu
hentakkan kisi kisi hati
yang mendadak sepi

Terbacakah olehmu,
pesan yang kusampaikan lewat warna langit
sekilas kecup nakal angin ditelingamu
semburat sipu senja yang mengingatkanmu akan sebentuk raut

Baru kemarin,
seakan berabad lagi akan kujelang

Rindu semakin hujamkan akarnya
tepat di dasar hatiku
yang,
menggenggam hatimu

Ah,
sipuku merona manja


jakarta, 28 oktober 2010

membaca rindu

bersama lelapku


Kulelapkan lelapku, atas pintamu
senandungmu sayup meretas alam mimpi
sebuah tembang cinta kesukaan kau dan aku
meniti sempurna di bibir yang hampir pasi

Terasa jemarimu menari lembut
di setiap raut wajahku yang senyap
tambahkan lena pada lelap yang sekarat
hingga sempurna kelopak yang merapat

terjamahkah olehku mimpi itu  ?

jakarta, 28 oktober 2010

mencoba berkata

Aku mengenalimu, menatapmu, hingga mengenalmu,
dengan hatiku
begitu indah, degan segala pernak pernik yg terkadang mengusik rasa

Aku adalah rapuh
perlu keringanan hatimu untuk bisa hinggap disana
juga keseimbangan jiwa agar tak mudah jatuh pada hempas resah

Mendung sangat ramah menyapaku
terlebih lagi sepi, sangat karib
belum lagi isak yang membalut sepiku
begitu dominan
ah, complicated kata orang - orang

Itulah aku,
aku yg mencintaimu
aku yg kau cintai
kata rembulan pada embun dini hari

jakarta, 26 juli 2010

entah..

Ku kutip kembali serpihan diri
yg kutinggalkan dilorong" tak bernama,
berharap masih bisa kurekat
agar sempurna sebuah hajat

Cahaya bola malam itu masih berada dibalik awan yg merimbun
seolah sipu akan kerlingku yg tak terjamu olehnya

Diriku hampir merepih,
oleh itu akan kupinjam sedikit kekuatan kelam
maka, biar saja ia tetap dibalik rerimbun awan
agar malam yg suram dapat perankan artinya
demi aku penggembala lara

Lihatlah,
entah apa yg ku eja
sepertinya aku sedang salah menata kata

jakarta, 22 juli 2010

yang terlewatkan

Sengaja mengutip remah peristiwa
lalu
ketika duduk di bebukit membaca awan dan peristiwa langit
sosok remaja aku begitu tenang
menyerahkan alam fikirnya pada alam

Beranjak mendewasakan diri seiring pikul yg harus tertanggung
hanya dapat menitipkan salam lewat angin kepada penjuru cakrawala,
untuk masa yg terlewatkan
dalam diam yang berbalam

Mungkinkah kini kutebus segala indah yg terlewatkan
agar tak ada penyesalan
sebagaimana bila aku terlupa menatap langit, suatu ketika dulu
selepas hujan ?

jakarta, 21 juli 2010

dalam selubung

Kulihat matahari senja berwarna oranye
kau bilang, kuning tua
tak sehatikah bila
penglihatan kita tak seirama
layaknya kuterima rasamu saat kau mengamanatkannya dulu

Kau menangis
akupun luruhkan bulir yg meratap
tak sepahamkah jika
kau inginkan sesuatu yg membuatku sakit

Akhirnya akupun bertanya
apakah yang dinamakan penerimaan, ketulusan, keikhlasan atas rasa
jika salah satu tak bisa menghargainya

haruskah ada yg mati rasa
antara kita ?
ah, sengaja atau tidak sengaja manusia memang penuh cerita dusta

jakarta, 20 juli 2010

redup hati

Mega kelabu menggayut diujung nestapa
adakah rinai kan tiba
atau hanya sekilas sayu yang ingin singgah mewarnai rasa

Ada penggalan duri tersisa pada hati yg menanah
sakit, seirama degup jiwa yg menurun kadar hidupnya

Menangislah airmataku,
ruahkan jadi anak" sungai maupun telaga
sejukkan mimpi" yg tertunda
naungi semua asa yg tergolek sepi
agar tak merapuh dn pergi

Mengalirlah dukaku,
iringi ayunan ratapan hati
sisakan sedikit perihnya sepi
untuk sadarkanku bahwa
masih ada rasa tertinggal dihati
kini.

jakarta, 17 juli 2010

kepulangan

Ada rindu meliuk manja diantara
tangis dan senyumku
disana, tersampaikan oleh debur ombak membahana

Terhidu aroma kasih, memeluk kepulanganku, memanjakan rinduku,
terlihat pada semburat magenta diantara laut dan tebing girijati

Asa mengecupku hangat, sadarkan bahwa dirimu nyata, senyata saat kuraup pasir yang terjamah diantara bebatuan menjulang

Sirna pedih yang menahun, oleh persembahan yang paripurna darimu

'GIRIJATI'
begitu kau menyebutnya
ya, bukit kepulangan kita
kado terindah 

jakarta, 15 juli 2010

di lembah malam (zee ft pandawa)

Pandawa :

ketika malam hunuskan senyap
keringat membulir di tepi tepi hati
yang terengah meniti jejakmu,
untunglah kau tinggalkan
seret panjang di setapak
dari juntai baju kurungmu,
rehatlah sejenak agar
dapat kubingkiskan salutku,
ini ada mukena dan
sajadah untukmu,
terimalah dendam tertahanku
atas tunjaman kasihmu,
warna yang mempelangikan
darah dan sukmaku


Senja:

Cintamu padaku selaksa bimasakti
Namun takkan melebihi cintamu padaNya
Indah dan menawan

Genggamanmu menarik ruhku melewati cahaya surga
Membasuh seluruh nista dan keluhku
Aku tau sayang
Engkau berikan mukena dan sajadah
Agar aku dapat menyempurnakan rindu
Yang sedang bergemelut dalam dada
Pada lembah malam yang kelam

Kelak..
Pada malam - malam yang sempurna
Kita dendangkan kalam penyejuk hati
Bersama lewati hingga dini hari
Aku menjadi makmum sepenuh hati

Aku kan menunggumu
Menunggu dikepulangan kita
Ah, pijarmu terangi sukmaku

Jakarta, 12 Juni 2010