Sabtu, 28 Juli 2012
SENANDUNG DIRI YANG HILANG
Kucari..
Kucari di seluruh raga ini
Dimanakah kasih bersembunyi
Adakah di balik pepohonan kesombongan diri
Kucari...
Kuselongkar laci - laci hati
Dimanakah cinta terpatri
Masih adakah ia di dinding kalvari
Atau, mungkin sudah lari
Karena takut pada egoisme diri
Masih kucari..
Kutilik sudut - sudut sanubari
Masih bernyanyikah rindu itu
Atau jangan - jangan...
Gemanya pun sudah hilang
Kalah pada irama kebencian
Terus kucari..
Kuselami hingga kedasar kalbu
Kemanakah keikhlasan itu pergi
Adakah ia telah tenggelam dan karam
Bersama hasutan iri dan dengki
Aku tersesat
Dalam lorong - lorong tanpa nama
Dalam lingkaran keangkuhan
Aku tersesat menemani hasrat yang tanpa batas
Dimanakah cahaya itu, dimana ?
Aku ingin pulang
Pulang pada kewarasan diri
Pulang bersama cinta di hati
Pulang diiringi kidung kerinduan
Pulang ditemani kasih dan keikhlasan
Sungguh aku rindu pulang
Sungguh aku ingin pulang
Jakarta, 31 desember 2009
Kucari di seluruh raga ini
Dimanakah kasih bersembunyi
Adakah di balik pepohonan kesombongan diri
Kucari...
Kuselongkar laci - laci hati
Dimanakah cinta terpatri
Masih adakah ia di dinding kalvari
Atau, mungkin sudah lari
Karena takut pada egoisme diri
Masih kucari..
Kutilik sudut - sudut sanubari
Masih bernyanyikah rindu itu
Atau jangan - jangan...
Gemanya pun sudah hilang
Kalah pada irama kebencian
Terus kucari..
Kuselami hingga kedasar kalbu
Kemanakah keikhlasan itu pergi
Adakah ia telah tenggelam dan karam
Bersama hasutan iri dan dengki
Aku tersesat
Dalam lorong - lorong tanpa nama
Dalam lingkaran keangkuhan
Aku tersesat menemani hasrat yang tanpa batas
Dimanakah cahaya itu, dimana ?
Aku ingin pulang
Pulang pada kewarasan diri
Pulang bersama cinta di hati
Pulang diiringi kidung kerinduan
Pulang ditemani kasih dan keikhlasan
Sungguh aku rindu pulang
Sungguh aku ingin pulang
Jakarta, 31 desember 2009
KIDUNG UNTUK BUNDA
Bunda..
andai saja kau tahu
dalam setiap hela nafas ini
dalam setiap degup jantung ini
dalam setiap tetes darah yg mengalir dalam diri ini
bersenandung kidung cinta untukmu
menarikan tarian rindu untukmu
hanya untukmu Bunda.
Bunda..
aku tahu, tak cukup hanya dengan kata maafku
bisa menggantikan setiap detik resahmu
tak cukup hanya dengan linangan airmataku
dapat menggantikan setiap luruhnya airmatamu karena merinduku
aku tahu Bunda, aku tahu
Bukan niatku membuatmu menangis
bukan inginku mencipta cemas dihatimu
tetapi ini jalan yg tertulis untukku
yang ditetapkan untukku, OlehNYA
pencipta dirimu dan juga aku
setulus cintamu, semurni kasihmu
tiada penghujung rindu ini
maafkan..maafkanlah aku Bunda
maafkan anakmu
Jakarta, 22 desember 2009
andai saja kau tahu
dalam setiap hela nafas ini
dalam setiap degup jantung ini
dalam setiap tetes darah yg mengalir dalam diri ini
bersenandung kidung cinta untukmu
menarikan tarian rindu untukmu
hanya untukmu Bunda.
Bunda..
aku tahu, tak cukup hanya dengan kata maafku
bisa menggantikan setiap detik resahmu
tak cukup hanya dengan linangan airmataku
dapat menggantikan setiap luruhnya airmatamu karena merinduku
aku tahu Bunda, aku tahu
Bukan niatku membuatmu menangis
bukan inginku mencipta cemas dihatimu
tetapi ini jalan yg tertulis untukku
yang ditetapkan untukku, OlehNYA
pencipta dirimu dan juga aku
setulus cintamu, semurni kasihmu
tiada penghujung rindu ini
maafkan..maafkanlah aku Bunda
maafkan anakmu
Jakarta, 22 desember 2009
TERLALU PAGI
Masih terlalu pagi
Saat kau sentuh jemari remajaku
Serasa tak pantas, karena malunya aku
Pada intaian rembulan
Ketika itu
Masih terlalu pagi
Tika pertama kau kecup keningku
Begitu terasa resapnya, hingga ke dasar hati
Menimbulkan riak - riak kecil di jantungku
Berirama jatuh cinta
Masih terlalu pagi
Waktu kau lamar jiwa dan ragaku
Hatimu merengkuhku, dalam selaksa pesonamu
Melebur aku bersama hasrat kasihmu
Bagai akulah ratu di singgasana jiwamu
Masih terlalu pagi
saat lonceng - lonceng itu berbunyi memanggilmu
Agar segera meninggalkanku
Bahkan tanpa kecupan selamat pagi
Kau pergi tanpa isyarat
Masih terlalu pagi...Terlalu pagi...
Dimana aku tetap mengirimkan asaku tanpa henti
Hingga waktu memanggilku kembali
Mungkin saja di Pagi yang masih terlalu pagi
Jakarta, 19 desember 2009
Saat kau sentuh jemari remajaku
Serasa tak pantas, karena malunya aku
Pada intaian rembulan
Ketika itu
Masih terlalu pagi
Tika pertama kau kecup keningku
Begitu terasa resapnya, hingga ke dasar hati
Menimbulkan riak - riak kecil di jantungku
Berirama jatuh cinta
Masih terlalu pagi
Waktu kau lamar jiwa dan ragaku
Hatimu merengkuhku, dalam selaksa pesonamu
Melebur aku bersama hasrat kasihmu
Bagai akulah ratu di singgasana jiwamu
Masih terlalu pagi
saat lonceng - lonceng itu berbunyi memanggilmu
Agar segera meninggalkanku
Bahkan tanpa kecupan selamat pagi
Kau pergi tanpa isyarat
Masih terlalu pagi...Terlalu pagi...
Dimana aku tetap mengirimkan asaku tanpa henti
Hingga waktu memanggilku kembali
Mungkin saja di Pagi yang masih terlalu pagi
Jakarta, 19 desember 2009
BERSYUKURLAH
Rentangkan tanganmu di pagi hari yg hening
Hirup udara segar dengan bebas tanpa takut kehabisan
Ataupun ada batas waktu
Lalu pandangi langit yang kekuningan, tanda surya telah datang dan siap bertugas,
Ditemani kemilau embun di dedaunan, di iringi kicau pipit riuh rendah
Indah bukan?
Apakah kau membayar untuk itu?
Adakah tagihan piutang atas namamu untuk itu?
Lalu, mengapa tak kau syukuri semuanya sebelum terlambat
Hirup udara segar dengan bebas tanpa takut kehabisan
Ataupun ada batas waktu
Lalu pandangi langit yang kekuningan, tanda surya telah datang dan siap bertugas,
Ditemani kemilau embun di dedaunan, di iringi kicau pipit riuh rendah
Indah bukan?
Apakah kau membayar untuk itu?
Adakah tagihan piutang atas namamu untuk itu?
Lalu, mengapa tak kau syukuri semuanya sebelum terlambat
Turunkan dahimu, heningkan hatimu yang rusuh dan gundah
Temukan kekerdilan dirimu disana
Maka kau akan tahu jalanmu untuk kembali pulang
Pulang kedalam pelukan hangatnya cinta
Sang Penciptamu juga aku
Kembalilah, tidak ada kata terlambat untuk itu.
Temukan kekerdilan dirimu disana
Maka kau akan tahu jalanmu untuk kembali pulang
Pulang kedalam pelukan hangatnya cinta
Sang Penciptamu juga aku
Kembalilah, tidak ada kata terlambat untuk itu.
Jakarta, 31 oktober 2009
WIRAMA HATI
Pancaran senyum tandai wajah tak bersedih
Untukku, untuk dia, untuk semua
Walau hati bak api membara
Merekah diri karena emosi
Tenanglah seorang insan dalam tanpa amarah
Sebab dia kuasai hati
Jelang bahagiamu, dan beri aku senyum
Sirnakan semua tangis
Dengan atau tanpa aku
Kan selalu ada cinta, cinta yang indah
yang ada dalam pejaman mata
Doa ku bersama diri berselimut dosa
Kukirimkan lewat rindu cinta yang sempurna
Jakarta, 31 oktober 2009
(by ; ag)
Untukku, untuk dia, untuk semua
Walau hati bak api membara
Merekah diri karena emosi
Tenanglah seorang insan dalam tanpa amarah
Sebab dia kuasai hati
Jelang bahagiamu, dan beri aku senyum
Sirnakan semua tangis
Dengan atau tanpa aku
Kan selalu ada cinta, cinta yang indah
yang ada dalam pejaman mata
Doa ku bersama diri berselimut dosa
Kukirimkan lewat rindu cinta yang sempurna
Jakarta, 31 oktober 2009
(by ; ag)
TIADA LAGI, KAMU
Sahabat...andai kamu masih ada di sisiku, akan ku ungkap semua rasa yang kusimpan sejak dulu untukmu
Juga tentang selaksa untaian rindu ku pendam hanya untukmu
Mungkin...kita telah telusuri indahnya pantai ditemani sunsetnya yang memukau
Serta kecupan hangat, pelukan kasih
Sahabat...andai kamu masih ada di hari - hariku, mungkin sekarang aku tidak
sedang menatap kosong
Pasti aku sedang berlari keluar dari kamarku, menuruni tangga
Menaiki sepeda kesayanganku, dan kukayuh segenap gembiraku menuju rumahmu
Kemudian kita akan mengitari taman bersama - sama
Kau akan tertawa gembira bila aku yang tertinggal di belakangmu
Aku suka sekali tawamu itu.
Sahabat...aku kini tak lagi bisa bersamamu
Apalagi melihatmu tersenyum
Andai saja kita tak mengitari taman sore itu
Andai saja kau berhati - hati mengayuh sepedamu
Andai saja sopir truk itu tak mengantuk
Andai saja kau tak terjatuh di sisi jalan itu
Andai saja..
Juga tentang selaksa untaian rindu ku pendam hanya untukmu
Mungkin...kita telah telusuri indahnya pantai ditemani sunsetnya yang memukau
Serta kecupan hangat, pelukan kasih
Kau dan aku
Sahabat...andai kamu masih ada di hari - hariku, mungkin sekarang aku tidak
sedang menatap kosong
Pasti aku sedang berlari keluar dari kamarku, menuruni tangga
Menaiki sepeda kesayanganku, dan kukayuh segenap gembiraku menuju rumahmu
Kemudian kita akan mengitari taman bersama - sama
Kau akan tertawa gembira bila aku yang tertinggal di belakangmu
Aku suka sekali tawamu itu.
Sahabat...aku kini tak lagi bisa bersamamu
Apalagi melihatmu tersenyum
Andai saja kita tak mengitari taman sore itu
Andai saja kau berhati - hati mengayuh sepedamu
Andai saja sopir truk itu tak mengantuk
Andai saja kau tak terjatuh di sisi jalan itu
Andai saja..
Jakarta , 18 agustus 2009
SAJAK PEREMPUAN KARANG
Sepiku indah
Karena bertabur kilau airmata
Tangisku merdu
Oleh isak jiwaku yang menggema syahdu
Rautku sesempurna purnama yang tertutup kelabu
Haru biru
Tawaku tanpa warna
Namun begitu,
Kau tetap mengagumi sebentuk diri ini
Perempuan karang katamu
Taukah...
Karang adalah kepunyaan laut
Ia bertahan dan akan tetap indah, hanya di laut
Jika tersasar pada pasir pantai
Maka akan terjamah jemari asing
Meletakkannya hanya sebagai hiasan,
Tanpa nyawa
Dan kau, laut..
Takkan mendengar tangisnya
Hingga,
Suatu ketika
Karang jatuh, merepih,
Teronggok sepi
Bersama segunung sampah bumi
Jangan katakan aku perempuan karang
Jika dirimu bukan pangeran lautku
Jangan mengagumi
Jika tak memapah letihku
Jangan, dan kukatakan seribu jangan
Jika kau tak ada untukku
Percayalah,
Ini hanya penggalan sajak yang akan terbuang
Jika pantai tak menjemputku
(medio maret 2011)
Karena bertabur kilau airmata
Tangisku merdu
Oleh isak jiwaku yang menggema syahdu
Rautku sesempurna purnama yang tertutup kelabu
Haru biru
Tawaku tanpa warna
Namun begitu,
Kau tetap mengagumi sebentuk diri ini
Perempuan karang katamu
Taukah...
Karang adalah kepunyaan laut
Ia bertahan dan akan tetap indah, hanya di laut
Jika tersasar pada pasir pantai
Maka akan terjamah jemari asing
Meletakkannya hanya sebagai hiasan,
Tanpa nyawa
Dan kau, laut..
Takkan mendengar tangisnya
Hingga,
Suatu ketika
Karang jatuh, merepih,
Teronggok sepi
Bersama segunung sampah bumi
Jangan katakan aku perempuan karang
Jika dirimu bukan pangeran lautku
Jangan mengagumi
Jika tak memapah letihku
Jangan, dan kukatakan seribu jangan
Jika kau tak ada untukku
Percayalah,
Ini hanya penggalan sajak yang akan terbuang
Jika pantai tak menjemputku
(medio maret 2011)
AKU KEPADA AKU
Aku bukan kertas, tempat kau coretkan segala ingin
Dan remukkan, kala kesalmu datang
Dan hempaskan, ke tempat sampah saat puncak amarahmu tiba
Aku juga bukan tebing, tempat kau pijakkan kokoh kakimu, untuk meraih puncak egomu
Dan terlebih, aku bukan halaman,
Yang dapat kau tanami dengan aneka kembang kesukaanmu, hingga tempat melemparkan sepatu usangmu,
Juga aku bukan bonekamu, yang tidak merasa sakit saat kau cubit, tidak berdarah saat terputus tangannya kala kau tarik terllalu kuat
Yang terpenting, aku bukan hiasan, yang tahan membisu dibalik etalase mewahmu, walau trkadang kau sentuh tuk singkirkan debu-debu nakal itu
Kutegaskan, ku juga bukan karang
Yang tahan pada terpaan ombak, tak kenal masa dan cuaca
Aku adalah aku,
Yang hidup hanya dengan hatiku
Berbicara juga dengan hatiku
Berjalan dengan hatiku
Bahkan menatapmu pun dengan hatiku
Namun, mengapa hatimu tak pernah lengkap membaca aku secara utuh ?
Takkan kutunggu lagi jawabmu
Bahkan tak perlu
Karena para bidadari telah memanggilku, menyuruhku segera pulang
Kepulangan yang kurindu dalam diam
Wahai aku,
Inilah kidung terakhirku
Dan remukkan, kala kesalmu datang
Dan hempaskan, ke tempat sampah saat puncak amarahmu tiba
Aku juga bukan tebing, tempat kau pijakkan kokoh kakimu, untuk meraih puncak egomu
Dan terlebih, aku bukan halaman,
Yang dapat kau tanami dengan aneka kembang kesukaanmu, hingga tempat melemparkan sepatu usangmu,
Juga aku bukan bonekamu, yang tidak merasa sakit saat kau cubit, tidak berdarah saat terputus tangannya kala kau tarik terllalu kuat
Yang terpenting, aku bukan hiasan, yang tahan membisu dibalik etalase mewahmu, walau trkadang kau sentuh tuk singkirkan debu-debu nakal itu
Kutegaskan, ku juga bukan karang
Yang tahan pada terpaan ombak, tak kenal masa dan cuaca
Aku adalah aku,
Yang hidup hanya dengan hatiku
Berbicara juga dengan hatiku
Berjalan dengan hatiku
Bahkan menatapmu pun dengan hatiku
Namun, mengapa hatimu tak pernah lengkap membaca aku secara utuh ?
Takkan kutunggu lagi jawabmu
Bahkan tak perlu
Karena para bidadari telah memanggilku, menyuruhku segera pulang
Kepulangan yang kurindu dalam diam
Wahai aku,
Inilah kidung terakhirku
Yang kupersembahkan untukmu
jakarta, 23 maret 2011
KEPADA KAMU
Mencarimu..
Bagai meniti pelangi dimalam hari
Terbayang indah hanya pada kata
Namun tak terjejaki walau ditemani sinar purnama
Tak cukup seribu puisi untuk ungkapkan rasa
Karena ku bukan juliet
Tak cukup juga selaksa kalimat cinta
Karena ku bukan dia dan mereka
Kukatakan dengan sungguh
Bahwa cinta ini tanpa syarat
Namun ingatlah, kubukan malaikat
Kelak..
Jika tak temukanku diantara kalam - kalam
Pertanda ku telah ada di jajaran bintang
Yang hanya bisa menyinarimu dari kejauhan
Dan atas nama cinta
Kubingkiskan puisi ini
Sebagai prasasti hati
Bahwa aku pernah hadir
jakarta, 2 april 2011
Kamis, 26 Juli 2012
How To Photograph Children
We all want great photos of our children growing up and with digital
it’s so easy to create a photo record of them as they grow. Because I’m
getting a bit old and need the wrinkles ironing these days I really
notice that there’s only about seven or eight pictures of my brother and
I from way back when we were small.
Photographing children presents its own special set of challenges, especially when they’re little and unlikely to pose nicely for you. In this tip I’m going to concentrate on how to go about capturing their spirit, fun, naughtiness and love - which you can’t do unless you allow them to be themselves.
Photographing children presents its own special set of challenges, especially when they’re little and unlikely to pose nicely for you. In this tip I’m going to concentrate on how to go about capturing their spirit, fun, naughtiness and love - which you can’t do unless you allow them to be themselves.
There’s no right or wrong lens for photographing children, but I suggest
you choose a focal length and stick with it for a while, taking shots
that work for that length. Once you’ve got some images you’re happy with
in the bag, change to a different focal length and shoot images that
work for the new chosen length. If you don’t know what I mean the focal length video on our site will explain all.
Let’s begin with longer focal lengths like 150mm to 200mm or more. Think about how these focal lengths make things look for a moment. They give you a narrower field of view so it’s easy to isolate your kids from their surroundings and when you use a wide aperture like f/5.6 with one, you get a shallow depth of field so the background is blurry as in these images.
Don’t keep zooming in and out. Practice keeping the lens long and move
yourself closer or further away so you can still keep that lovely
‘narrow field of view / blurry background’ look. If you want your
children to be smaller in the image you might have to be a long way away
from them as I was when I shot this image with the zoom at 200mm.Let’s begin with longer focal lengths like 150mm to 200mm or more. Think about how these focal lengths make things look for a moment. They give you a narrower field of view so it’s easy to isolate your kids from their surroundings and when you use a wide aperture like f/5.6 with one, you get a shallow depth of field so the background is blurry as in these images.
Short focal lengths (known as wide) of up to 20mm will include more of
the surroundings, have a greater depth of field and a feeling of
intimacy with your child - like this.
Be careful with short focal length lenses because they can stretch and
distort. Don’t try getting too close. And I say again. If you’re always
changing lenses according to what your kids are doing you’ll keep
missing the moment, so stick with one at a time.
Which Location?
Go somewhere your children will be engaged and interested in their surroundings, and do it at a time when they’re going to be wide awake.What about light?
A lightly overcast day is best because there are no strong shadows. If this isn’t possible get something interesting set up for the child somewhere in a big patch of open shade.Don’t forget details
A close up of little hands and feet can tell a great story – and they won’t be little for long!
Allow plenty of time and don’t get distracted
You can’t expect small children to perform on demand. Some will, some
won’t, but mostly they do the un-expected. Be patient and always keep
the camera on your kids with a shot composed and focused. When they
suddenly do something interesting you see it through the viewfinder and
you’re ready to press the shutter and capture it.
As you can see, all this takes a bit of preparation. Don’t expect to just buy a camera and it’ll do all the work for you. None of these images were ‘posed’ in the traditional sense. All I did was interact and keep myself ready. The images in this tip are of my step daughter Tasha and her daughter Layla and If you’d like to capture amazing images of your children you can see me shooting them (and many more) and explaining what I’m doing as I do it in our photographing children video.
Happy shooting,
Langganan:
Postingan (Atom)